Kamis, 18 Oktober 2012

Sejarah "Muhammad SAW"


Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw

A. Keadaan Masyarakat Mekah Pra-Islam
Secara geografis, Mekah terletak kira-kira 330 meter di atas permukaan laut, 39028’ Bujur Timur dan 21027 Lintang Utara. Kota ini terletak di lembah yang kering dikelilingi bukit-bukit karang yang tandus. Kota ini juga terletak di bagian barat Kerajaan Arab Saudi di tanah Hijaz. Dataran rendah di sekitar Mekah adalah Batha’ sedangkan di sebelah timur Masjidil Haram disebut perkampungan Ma’l
ā. Nabi Muhammad SAW termasuk warga Ma’lā karena ia menetap di sana sampai tiba saatnya hijrah ke Madinah.

Kota Mekah dikenal sejak zaman nabi Ibrahim a.s. dan nabi Isma’il a.s. Menurut para mufassir, Isma’il menikah dengan putri dari kabilah Jurhum dan dikaruniai 12 anak. Dari mereka inilah kemudian lahir suku Quraisy. Menjelang kedatangan Islam, semua penduduk Mekah mengaku sebagai keturunan Quraisy. Mereka terbagi-bagi dalam beberapa kabilah. Kabilah yang paling terkenal dan berpengaruh adalah Bani Hisyam dan Bani Umayyah. Hasyim adalah ayah dari Abdul Muthalib (kakek nabi Muhammad SAW), sedangkan Umayyah adalah kakek dari Abu Sufyan bin Harb.
Masyarakat Mekah pra-Islam dikenal dengan sebutan masyarakat jahiliyah, artinya masyarakat yang bodoh. Bodoh yang dimaksud di bidang agama yang menyangkut aqidah, hukum, dan akhlak. 

Dari segi aqidah, mereka telah menyelewengkan ajaran nabi Ibrahim a.s. Mereka percaya bahwa Allah itu tuhan, tetapi mereka juga percaya bahwa berhala yang mereka buat sebagai tuhan. Dalam keyakinan mereka, Allah adalah tuhan yang sangat jauh, sedangkan berhala yang mereka namai, seperti Hubal, Lata, Uzza, dan Manat adalah tuhan-tuhan yang sangat dekat. Batu-batu itu dipercaya dapat mengabulkan setiap permintaan mereka. Jika berhala-berhala itu tidak sanggup, pasti berhala itu akan memberi tahu kepada Allah. Maka Allah pun turun tangan. Kepercayaan seperti ini disebut sebagai kepercayaan washaniyah. Karena mayoritas orang-orang Quraisy Mekah memeluk kepercayaan ini, maka mereka juga memiliki berhala-berhala keluarga dan kabilah.

Dari segi hukum, yang berlaku adalah hukum rimba; siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Peperangan, penindasan, perbudakan serta pelanggaran hak asasi manusia sering terjadi tanpa adanya hukum yang adil. 

Dari segi akhlak, mereka suka minum khamar, berzina, mencuri, merampok dan berjudi. Berjudi mereka lakukan untuk memperkaya diri secara cepat. Mereka tidak segan-segana mempertaruhkan seluruh hartanya, rumah bahkan istrinya. Pesta kemenangan sering mereka lakukan dengan mabuk-mabukan dan berzina dan tari-tarian perempuan. Tak jarang di antara mereka berkelahi karena judi ini.
Mereka juga melecehkan kaum perempuan. Perempuan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu birahi kaum laki-laki dan hanya menjadi beban karena tidak bisa berperang. Perempuan juga bisa dinikahi dan diceraikan begitu saja atas kemauan laki-laki secara sepihak. Karena rendahnya kedudukan perempuan, beberapa kabilah Arab Mekah, seperti Bani Asad dan Bani Tamim memiliki kebiasaan mengubur bayi perempuan mereka hidup-hidup. Melahirkan anak perempuan adalah suatu aib bagi mereka. Mengenai kondisi ini al-Qur’an menceritakan:
وَيَجْعَلُونَ لِلّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُم مَّا يَشْتَهُونَ. وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ

Artinya:
Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (Qs. An-Nahl/16: 57-58)

Zaman itu juga ditandai dengan masyarakat buta huruf. Kemampuan membaca dan menulis tidaklah penting. Namun mereka memberikan penghargaan terhadap seseorang yang mahir bersya’ir di depan ka’bah. Setelah Islam datang, barulah mereka termotivasi untuk membaca dan menulis.





B. Sejarah Nabi Muhammad SAW, Sejak Lahir Hingga Kerasulannya
1. Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Sekitar tahun 570 Masehi terjadi suatu peristiwa penyerangan terhadap Ka’bah. Penyerangan tersebut dipimpin oleh Abrahah Al-Asyram penguasa daerah Yaman, dengan mengendarai gajah sehingga dikenallah tahun tersebut sebagai tahun gajah. Namun Allah menghadangnya dengan mengirim pasukan burung ababil untuk menghancurkan pasukan abrahah sehingga selamatlah Ka’bah. Kisah ini diceritakan dalam surat al-Fill. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang melatarbelakangi kelahiran nabi Muhammad SAW.
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib dilahirkan pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, bertepatan tanggal 20 April 571 M. Ketika lahir, ayah Muhammad, yaitu Abdullah bin Abdul Muthalib telah wafat, maka ibunya Aminah mengatakan kepada kakeknya (Abdullah Munthalib) dan memberi nama tersebut dengan nama Muhammad (orang yang terpuji).

2. Perempuan yang Menyesui dan Memelihara Muhammad
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab, bayi yang baru lahir tidak diasuh dan disusui oleh ibunya sendiri, tetapi diasuh dan disusui oleh perempuan yang berasal dari kampung supaya mendapat udara yang segar dan bersih. Selain itu, agar anak-anak tersebut dapat berbicara bahasa Arab dengan fasih. Letak geografis kota Mekah menyebabkan udaranya kurang baik bagi pertumbuhan anak-anak. Maka Muhammad pun diasuh oleh Halimah binti Abi Dhu’aib as-Sa’diyah, atau lebih dikenal dalam sejarah dengan sebutan Halimah as-Sa’diyah yang berasal dari desa Sa’ad. Selama mengasuh Muhammad, keluarga Halimah mendapat banyak berkah, kambing yang mereka pelihara menjadi gemuk dan menghasilkan banyak susu, tumbuh-tumbuhan di sekeliling mereka bertambah subur dan indah dipandang mata, dan kehidupan keluarga mereka sangat membahagiakan.
Sejak kecil Muhammad telah menunjukkan tanda-tanda kenabian. Pertumbuhan badannya sangat cepat. Ia telah bisa berjalan pada usia lima bulan dan pada usia sembilan bulan ia telah pandai berbicara. Pada usia dua tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah ketika menggembala kambing. Di usia 2 tahun inilah Muhammad didatangi dua Malaikat yang menyamar sebagai laki-laki. Kedua Malaikat tersebut membawa Muhammad dan membelah dadanya serta dibersihkan.
Karena adanya wabah penyakit, maka Halimah pun mengembalikan Muhammad kepada Aminah pada usia empat tahun. Maka Muhammad pun diasuh oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, ketika nabi berusia 6 tahun ibunya meninggal dunia di Abwa’, suatu daerah yang terletak antara Mekah dan Madinah. Setelah ibunya meninggal nabi dirawat oleh kakeknya Abdul Munthalib. Setelah nabi berusia 8 tahun Abdul Munthalib pun meninggal dunia dan kemudian nabi pun diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Untuk membantu perekonomian pamannya, Muhammad ikut berdagang hingga ke negeri Syam (Suriah).


3. Masa Remaja Muhammad
Muhammad tumbuh menjadi pemuda dengan perlindungan dan pemeliharaan dari Allah SWT serta terjaga dari tradisi dan kerusakan jahiliyah. Ia terkenal sebagai orang yang paling baik akhlaknya, sangat pemalu, paling jujur, sangat bisa dipercaya serta jauh dari kata-kata kotor dan perbuatan keji.
Pada saat Rasulullah berusia 14 tahun, terjadi perang yang disebut harbul fijar antara suku Quraisy dengan suku Hawazin, beliau berperan sebagai pengumpul anak panah bagi paman-pamannya. Tetapi ia tidak ikut membunuh. Dari sinilah nabi SAW mengenal peperangan, keprajuritan dan kepahlawanan.
Karena peperangan itu, Kakbah tidak lagi ramai dikunjungi orang sehingga mempengaruhi perekonomian penduduk Mekah. Melihat kemiskinan dan penderitaan rakyat Mekah, Muhammad mengambil inisiatif mendirikan Hilful-Fudul, sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu orang miskin dan orang yang teraniaya. Melaui Hilful-Fudul ini pulalah sifat kepemimpinan Muhammad mulai tampak dan namanya makin harum di kalangan masyarakat Mekah.

4. Muhammad Menikah dengan Khadijah
Pada usia 25 tahun, Muhammad menikah dengan Khadijah binti khuwailid, wanita mulia dari kalangan bangsawan Quraisy. Saat itu khadijah berusia 40 tahun sementara Rasulullah berusia 25 tahun. Khadijah berasal dari keturunan suku Quraisy terpandang dan tergolong perempuan terkaya di kota Mekah. Sebagai istri pertama Muhammad, nantinya Khadijah pun menjadi perempuan yang pertama masuk Islam dan selama mendampingi suaminya berdakwah, Khadijah merelakan hartanya untuk membela Islam.
Kemudian, kemuliaan pribadi Muhammad semakin dikenal dalam masyarakat. Memasuki usia 35 tahun, bangunan Ka’bah mengalami kerusakan akibat banjir. Maka Ka’bah diperbaiki dengan gotong royong. Namun ketika hendak memindahkan Hajar Aswad dan meletakkan ke tempatnya semula, muncullah perselisihan antara suku dimana masing-masing suku ingin mendapat kehormatan dan merasa berhak untuk mengangkat dan meletakkan batu mulia tersebut.
Ketika perselisihan itu memuncak, Abu Umayyah bin Mughirah mengusulkan bahwa keputusan diserahkan kepada orang yang pertama kali memasuki pintu safa. Maka tampaklah bahwa Muhammad yang pertama kali memasuki pintu tersebut. Setelah mengetahui permasalahannya, Muhammad pun memberikan solusi dengan mengangkat batu tersebut di atas sehelai kain. Lalu masing-masing pemuka suku mengangkat ujung kain tersebut secara bersama-sama. Setelah sampai ke tempat asalnya, maka Batu itu pun diletakkan oleh Muhammad. Sejak saat itu, Muhammad dikenal sebagai orang yang sangat bijaksana dan jujur sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya).

C. Pengangkatan Muhammad menjadi Rasul
Pada usia 40 tahun tibalah masa kenabian, Nabi Muhammad SAW lebih banyak bertahannus atau berkhalwat dari pada waktu-waktu sebelumnya. Biasanya Rasulullah menyendiri di Gua Hira’, ia menetap di dalamnya selama beberapa malam dengan membawa perbekalan seadanya. Di sana beliau berdo’a dan beribadah menurut tata cara ajaran Ibrahim AS. Tepat pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 17 Agustus tahun 610 Masehi ketika Muhammad bertahannus di gua Hira’ tiba-tiba datang Malaikat Jibril menyampaikan wahyu lalu membawa sehelai lembaran. Malaikat Jibril menyuruh nabi Muhammad SAW membaca tulisan yang dibawanya, “bacalah“ kata Malaikat Jibril. Muhammad terperanjat, seraya berkata “aku tidak dapat membaca “ lalu Malaikat Jibril merengkuh nabi Muhammad beberapa kali hingga nafasnya sesak, lalu dilepaskannya, kemudian Malaikat Jibril menyuruh nabi Muhammad SAW, membaca lagi “bacalah “ kata Malaikat Jibril. Namun nabi Muhammad SAW tetap menjawab “aku tidak dapat membaca”. Begitulah kejadiannya berulang hingga tiga kali. Selanjutnya Malaikat Jibril membimbing nabi Muhammad SAW membaca wahyu yang dibawanya, yaitu surah al-Alaq ayat 1-5 :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1)خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4)عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)
Artinya :
”Bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia, yang mengajar manusia dengan pena, dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”

D. Sejarah Dakwah Nabi Periode Mekah
Sejarah dakwah nabi periode Mekah dimulai ketika nabi diangkat menjadi rasul oleh Allah yang ditandai dengan turunnya wahyu Allah kepada beliau sampai dengan hijrahnya beliau ke Madinah beserta para sahabat. Periode Mekah ini berlangsung selama lebih kurang 13 tahun yakni dari tahun 610 hingga tahun 622 Masehi. Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah lebih banyak mendapatkan rintangan, khususnya dari lingkungan masyarakat Quraisy atau kaumnya sendiri.

1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi (diam-diam)
Setelah turun wahyu yang pertama (surat al-alaq ayat 1-5), Rasulullah SAW merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan, sebab belum ada perintah yang jelas tentang tugas-tugasnya sebagai rasul Allah. Kemudian Rasulullah SAW pun melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, dengan tujuan agar manusia tidak terkejut ajaran Islam yang belum pernah mereka ketahui dan mereka dengar.
Sasaran dakwah Rasullullah secara sembunyi-sembunyi adalah para kerabat, handai taulan dan sahabat-sahabat yang percaya terhadap kebenaran risalahnya, Rasulullah menyeru mereka untuk menyembah Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, berbuat baik kepada manusia, bersatu dan saling membantu. Tempat yang dipilih rasul sebagai pusat dakwah ialah rumah Al Arqam bil Abil Arqam. Adapun orang-orang yang pertama masuk Islam ialah Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah, dan Abu bakar Ash Siddiq. Dengan bantuan Abu Bakar dan Siti Khadijah jumlah pengikut rasul pun mulai bertambah, baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Mereka yang mula-mula masuk Islam ini dikenal dengan julukan Assabiqul Awwalun (orang-orang yang dahulu masuk Islam ). Dipihak laki-laki, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdullah bin Mas’ud, Saad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Al Arqam bin Arqam, Qudama bin Madlun dan lain-lain. Dari pihak perempuan antara lain adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthalib, Ummu Salamah, Asma binti Abu Bakar, Asma bin Amies dan lain-lain.

2. Dakwah secara terang-terangan
Rasulullah SAW melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. kemudian turun perintah Allah SWT, untuk melaksanakan dakwah kepada manusia secara terang-terangan dengan firman-Nya :
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ(94)
Artinya :
”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dari orang-orang yang musyrik” (QS.Al-Hijr:94)

Kemudian turun pula ayat yang berisi perintah agar Rasulullah berdakwah kepada kaum kerabat
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ(214)
Artinya :
”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekat”( QS. Asy Syura’214)

Dengan turunnya ayat di atas, lalu Rasulullah mengumpulkan kerabat dari bani Abdul Munthalib untuk mendengarkan seruan dakwah Islam. Mereka dikumpulkan di kaki bukit Safa, seruan ini diterima baik oleh sebagian kerabat beliau dan ditentang sebagian yang lainnya. Yang menentang antara lain adalah Abu Lahab.
Melihat perkembangan agama Islam sangat pesat, kaum kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan dan ancaman terhadap pengikut nabi Muhammad SAW, mereka tidak segan-segan menganiaya, bahkan ingin membunuh setiap orang yang taat pada ajaran agama Islam. Keadaan seperti ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi keselamatan para pengikut Rasulullah SAW untuk menghindari tekanan dan ancaman yang dilancarkan kaum kafir Quraisy, Rasulullah SAW mengajak para pengikutnya hijrah. Hijrah pertama dilakukan ke Habsyi. Setelah itu, Nabi dan beberapa sahabat yang tinggal di Mekah diboikot. Lalu Nabi pun hijrah ke Thaif. Di Thaif ini pun nabi tidak diterima. Berdasarkan perintah Allah, maka nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah.
E. Sejarah Dakwah Nabi Periode Madinah
Hijrah ke Madinah merupakan hijrah kedua yang dilakukan nabi sendiri dan hijrah ketiga bagi sebagian sahabat. Hijrah ini dilakukan secara besar-besaran dan terang-terangan. Para sahabat pada umumnya berangkat ke Madinah mendahului Rasulullah SAW, yang berangkat belakangan bersama Abu bakar Assidiq. Kehadiran para sahabat di Madinah disambut dengan suka cita, seperti menyambut saudaranya yang telah lama berpisah. Lebih-lebih lagi sambutan terhadap Rasulullah SAW. Pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah. Rasulullah SAW dan Abu bakar As Siddiq tiba di Madinah.
Beberapa hari setelah Rasulullah dan muhajirin tinggal di Madinah, untuk mempererat persaudaraan antara kaum muhajirin dan Anshar. Rasulullah mempersaudarakan mereka, Abu bakar dipersaudarakan dengan Haritsah bin Zaid, Ja’ar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mua’az bin Jabal, Umar bin Khatib dengan Itbah bin Malik dan setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar.
Dengan dipersaudarakannya kaum pendatang (Muhajirin) dan pribumi (Anshar) maka membuka jalan yang lapang bagi Rasulullah untuk membentuk masyarakat Islam yang kuat apalagi kaum Anshar yang tulus ikhlas memberi bantuan yang dibutuhkan oleh kaum muslimin. Hal ini menenteramkan hati kaum Muhajirin, mereka tidak lagi merasa terasing di daerah baru ini, karena di tempat baru ini mereka mendapatkan saudara yang budiman dan mata pencaharian yang diperlukan.
Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar menjadikan kaum muslimin kuat, namun untuk menjaga kestabilan keamanan dan ketenteraman dipandang perlu untuk mengikat kesepakatan dengan pemeluk agama lain terutama Yahudi yang mendiami kota Madinah, maka ditanda tanganilah perjanjian yang lebih dikenal dengan sebutan piagam Madinah. Setelah perjanjian ditandatangani, keadaan semakin membaik namun perjanjian ini kemudian dilanggar oleh orang-orang Yahudi. Yang pertama kali melanggar perjanjian ini adalah Bani Qaunuqa’, mereka memfitnah dan menghasut masyarakat untuk menjauhi Rasulullah SAW, kemudian Bani Nazir melakukan pengkhianatan yang lebih keji lagi. Mereka bermaksud akan membunuh Rasulullah, tapi berkat pertolongan Allah, Rasulullah SAW selamat, komplotan pengkianat ini terbongkar, mereka dihukum dengan harus meninggalkan kota Madinah.
Dengan demikian, di Madinah, Muhammad tidak hanya sebagai pemimpin agama (nabi), tetapi sekaligus sebagai pemimpin masyarakat (semacam nation, atau negara) di mana masyarakatnya terdiri dari suku dan agama yang berbeda. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW berhasil membentuk masyarakat yang berperadaban di dunia.

F. Misi Nabi Muhammad SAW
Untuk menjalankan misinya, para Rasul Allah SWT, termasuk Nabi Muhammad SAW dibekali dengan empat sifat utama, yaitu:
a. Shiddiq (
صِدِّيْقٌ) artinya benar. Seorang rasul senantiasa benar dalam perkataan, perbuatan maupun sikapnya. Semua manusia diwajibkan untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasul, maka mustahil ia berlaku dusta (كِذْبٌ)
b. Amanah (
أَمَانَةٌ) artinya dapat dipercaya. Dalam segala hal seorang rasul senantiasa dapat dipercaya sehingga mustahil kalau ia berkhianat (خِيَانَةٌ).
c. Tabligh (
تَبْلِيْغٌ) artinya menyampaikan. Maksudnya Rasul menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada umat manusia. Oleh karena itu, mustahil ia bersifat (كِتْمٌ)
d. Fathanah (
فَطَانَةٌ) artinya cerdas. Maksudnya Rasulullah itu dibekali Allah dengan kecerdasan luas biasa sehingga ia mampu menghadapi berbagai persoalan oleh yang dialami umatnya. Oleh karena itu mustahil ia bersifat bodoh (بَلاَدَةٌ).
Adapun misi Nabi Muhammad SAW secara umum adalah:
1. Membawa ajaran Islam

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi penutup dari segala nabi dan rasul. Dia membawa ajaran Islam sebagai agama sempurna dan penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Dengan kehadiran Islam, maka agama sebelumnya tidak lagi disyari’atkan. Firman-Nya dalamm surat al-Maidah ayat 3:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

2. Menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh manusia serta memberi kabar gembira dan peringatan.

Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tersebut bersumber kepada al-Qur’an. Kandungannya menuntun manusia untuk beriman, beramal shaleh dan berakhluk karimah. Dia juga membawa kabar gembira berupa kebajikan-kebajikan yang kelak akan diberi imbalan kenikmatan yang berlipat ganda serta memperingatkan manusia untuk tidak melakukan kemaksiatan yang berakibat ditimpakannya keburukan dan balasan yang amat pedih. Dengan kabar gembira dan peringatan, diharapkan manusia beriman dan beribadah kepada Allah SWT. Firman-Nya dalam surat al-An’am/6 ayat 48:
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.

3. Menyempurnakan akhlak manusia
Pada dasarnya seluruh manusia itu baik, akan tetapi karena dipengaruhi oleh banyak hal, seperti godaan syetan, pengaruh lingkungan, pendidikan yang kurang baik, dan sebagainya dapat mengakibatkan manusia tersebut berperilaku buruk. Oleh karena itu, salah satu misi Nabi Muhamammad SAW adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini ditegaskan oleh Nabi sendiri:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hal ini bisa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebab Allah membekalinya dengan kepribadian yang sempurna sehingga ia menjadi contoh teladan bagi umat hingga akhir zaman. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

G. Misi kehadiran nabi Muhammnad SAW untuk semua manusia dan bangsa

Nabi Muhammad SAW telah menerima wahyu pertama, berarti mengukuhkan beliau sebagai nabi dan rasul, semangat beliau untuk berdakwah membara walaupun pada awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan terbatas hanya keluarga dan kerabatnya. Untuk hari-hari berikutnya, nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur melakukan dakwah tidak hanya bangsa Arab saja. Akan tetapi beliau berdakwah untuk seluruh umat manusia. Hal ini berbeda dengan Rasul-rasul sebelumnya. Rasul-rasul sebelumnya hanya untuk bangsanya sendiri, sedangkan Nabi Muhammad SAW diutus untuk semua manusia dan bangsa di dunia secara universal. Firman Allah dalam surat Saba’/34: 28.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(28)
Artinya :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus bukan hanya untuk bangsa Arab saja, akan tetapi untuk seluruh manusia dan bangsa di dunia. Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang taqwa, dan peringatan bagi orang-orang yang ingkar, bahwa mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih jika mereka tidak mau bertaubat.
Dalam berdakwah, Nabi Muhammad sangat arif dan bijaksana, dengan prinsip-prinsip dakwah yang diperintahkan oleh Allah SWT.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125) ضَلَّ
Artinya :
“Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125)

Cara dakwah yang hikmah adalah dengan cara yang jelas dan tegas sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Cara dakwah Mauizhah hasanah adalah dakwah dengan cara menyenangkan hati dan secara persuasif, cara berdakwah Mujadalah (diskusi) adalah adanya kontak yang harmonis antara yang berdakwah dengan yang didakwahi, seperti saling tukar pikiran, atau bertukar informasi. Dengan cara itu dakwah dapat dilakukan kepada orang-orang yang sudah mempunyai kemampuan berfikir yang matang, logis dan kritis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar