Selasa, 01 Oktober 2013

Contoh Cerpen Romantis "Mr. Sunflower"

Mr. Sunflower
By BlackMickey


Musim semi tahun ini tidak berarti apa-apa untukku. Semuanya berjalan apa adanya dan tidak ada yang spesial. Bangun dipagi hari, lalu berangkat menuju tempat kerjaku, kembali ke rumah begitu seterusnya. Hari ini, aku berjalan menuju taman untuk melepas penat. Aku menutup mata merasakan udara pagi yang sejuk di taman ini.

“Wah… Musim semi yang indah!” mataku tertuju pada sosok gadis dengan rambut pendeknya. Onyx matanya begitu indah dan lengkungan senyuman tidak pernah lepas dari sudut bibirnya. Ia terus tersenyum kepada siapa saja.

DEG. Aku merasa kaku saat mata kami bertemu, selengkung senyuman tak lupa ia kirimkan kepadaku yang hanya mampu kubalas dengan senyuman kikuk dan kaku. Mungkin ini terkesan berlebihan namun aku tak bisa menggambarkan kecantikannya.



“Oh god…” aku menggaruk tengkukku yang tidak terasa gatal sama sekali. Lalu berjalan cepat meninggalkannya. Mungkin ia akan mengiraku aneh, atau hanya aku saja yang merasa besar kepala?

Esoknya aku tak tahu apa yang diinginkan kakiku, ia melangkah dengan sendirinya menuju taman itu lagi, padahal niatku untuk pergi ke kantor tapi kakiku melangkah kesini. Hei! Kakiku melangkah tak sesuai dengan pikiranku.

“Hiks hiks hiks” Aku mendengar suara tangisan, kuputar kepalaku mencari sumber suara itu. Sosok yang kemarin tersenyum lebar kini menangis tersedu-sedu di bangku taman.

“Apa yang harus kulakukan?” aku bertanya lebih kepada diriku sendiri. Kemudian aku memetik bunga matahari yang ada di taman ini.

Anak kecil itu melangkah mendekati sosok itu. Aku dapat melihat kerutan samar yang terlukis diwajahnya.

“Kakak jelek kalau menangis. Jangan menangis lagi. Ini!” Sosok itu tersenyum dan menghapus kasar bekas air matanya. Mengambil bunga matahari yang diulurkan anak itu.

“Terimah kasih adik kecil.” Gadis itu mengusap pelan kepala anak itu. Oh betapa beruntungnya anak itu dapat merasakan tangan putih dan lembut itu. Kemudian gadis itu tampak bingung setelah membaca kertas putih yang berisi tulisan dariku.

"Tersenyumlah. Kau membuat bunga matahari layu karena tangismu!" kataku pelan seolah membaca isi suratku tadi. Dan sekarang ia tampak terkekeh geli membaca pesanku itu.

“Walaupun tulisanku jelek setidaknya ia tersenyum setelah membacanya.” kataku mencoba memuji diri sendiri.

Dan hari-hari berikutnya aku terus saja diam-diam datang ke taman itu. Berdiri menatapnya dari kejauhan. 

Dia terlalu sempurna untuk diriku. Dia terlalu jauh untuk kuraih. Aku hanya pria tak tahu diri yang terus saja mencuri pandang untuk sekedar menatapnya. Dan dengan tidak tahu malunya aku terus saja memberinya bunga dengan pesan-pesan yang mungkin membuat perutnya mual.

Setiap kali aku menatap senyumannya ada perasaan bahagia yang tak dapat kugambarkan. Namun, kali ini senyuman itu membuatku ngilu. Ia tidak sendiri kali ini. Gadis itu tersenyum lebar ketika seorang pria datang menghampirinya. Dan dapat kurasakan duniaku runtuh.

Esoknya aku sudah tidak mempunyai keinginan lagi untuk datang ke taman itu. Dan sekarang sudah seminggu aku tidak melihat wajahnya dan ada perasaan yang membuncah dihatiku perasaan rindu yang begitu besar.

Dan kali ini aku melanggar keinginanku untuk tidak datang lagi ke taman itu. Aku melangkah menuju bangku taman tempat dimana ia sering duduk. Sosok itu tidak ada lagi.

“Mungkin dia sudah mempunyai kesibukan sendiri.” gumanku sedih. Namun, mataku tertuju pada bunga matahari di kursi itu. Aku mengambil bunga itu dan dapat kulihat sebuah surat pink yang mungkin saja tertuju untukku.

Mengapa kau tidak pernah datang lagi? Kau membuatku terus saja menanti pesanmu. Dan terima kasih untuk bunga mataharinya. Sebelumnya, aku tidak pernah berpikir bahwa bunga matahari itu indah.” Aku terkekeh geli membacanya. Apa ini pesan gadis itu padaku.

“Apa aku tidak salah. Ia merindukanku? Merindukan pria yang hanya mampu bersembunyi ini?” aku merasa seperti ada ratusan kupu-kupu yang mengelitik perutku.

“Tidak perlu bersembunyi lagi. Karena selama ini aku juga selalu memperhatikanmu. Duduk sendiri dibangku belakang pohon dan diam-diam mencuri untuk manatapku. Mr. Sunflower.” Dahiku mengerut membaca isi pesan itu lagi.

Jadi, selama ini bukan hanya aku yang menjadi secret admirernya ternyata ia juga sudah lama melihatku? Apakah ini nyata? Oh kurasa duniaku melambung saat ini. Dan Mr. Sunflower? Awalnya aku tidak begitu menyukai panggilan-panggilan yang menurutku terkesan kekanakan namun kali ini mungkin aku mulai menyukainya.

“Mr. Sunflower” aku memutar badanku ketika mendegar suara asing di belakangku. Dapat kulihat berbagai balon warna-warni di hadapanku. Dan selanjutnya seseorang dengan senyuman manisnya muncul dibalik balon itu. Gadis itu!

---TAMAT---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar