Qarun hidup di zaman Firaun Ramses II sebagaimana juga Musa.
Meskipun Qarun mengaku mengikuti agama Musa, ia justru sangat dekat dengan
Ramses II yang memusuhi Rasul Allah itu. Bahkan ia memperoleh penghasilan besar
dari posisinya yang mendua. Ramses memanfaatkan Qarun untuk menjadi mata-mata
dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang bisa
membahayakan kedudukan Firaun.
Sebagaimana kita ketahui, Bani Israil adalah bangsa
pendatang di negeri Mesir. Mereka datang ke negeri Firaun ini pada zaman nabi
Yusuf, di sekitar abad 17 SM. Mereka memperoleh izin tinggal di Mesir karena
penguasa saat itu adalah bangsa Hyksos yang secara emosional dekat dengan
penduduk Palestina, Bani Israil. Namun, seiring dengan jatuhnya kekuasaan
Hyksos ke tangan Firaun lagi di zaman New Kingdom, bangsa Israil menjadi
bangsa kelas dua yang sering dianiaya oleh Firaun. Mereka banyak yang dijadikan
budak, dan dijadikan sebagai ’pekerja paksa’ untuk membangun proyek-proyek
Firaun. Sampai kelak dibebaskan oleh nabi Musa, dengan cara eksodus ke
palestina kembali.
Qarun memainkan peran sebagai orang munafik, yang bekerja
untuk kepentingan Ramses II. Karena itu sebagian besar kaumnya sangat membenci
dia. Tetapi, dia memiliki harta berlimpah ruah karenanya. Dan memiliki sejumlah
pengikut yang sesama penjilat kekuasaan. Kekayaan Qarun digambarkan sangat
fantastis, dan sering melakukan pamer kekayaan kepada kaumnya yang miskin.
Musa tak bosan-bosannya mengingatkan Qarun, agar ia
membagikan sebagian kekayaannya kepada kaumnya dalam bentuk zakat. Bukan malah
pamer kekayaan seperti itu. Tetapi, kesombongan Qarun semakin menjadi-jadi. Ia
kumpulkan seluruh harta bendanya, dan diaraknya keliling kota Fayoum. Ia kerahkan
puluhan kuda dan unta, serta ratusan laki-laki dan perempuan, semata-mata untuk
pamer kekayaan.
Maka, Allah pun memberikan pelajaran dengan
menghancurkan kekayaannya itu di depan mata penduduk Fayoum. Istananya
ditenggelamkan ke dalam perut bumi beserta segala isinya. Tanpa bekas, kecuali
nama perkampungan Qarun, danau Qarun dan Qasr Qarun. Mengenai Qasr Qarun atau
Istana Qarun, terjadi pro kontra. Saya juga sempat menelusurinya.
Kami sempat mendatangi sebuah reruntuhan bangunan yang
disebut-sebut sebagai istana Qarun itu. Lokasinya ada di dekat pemukiman
penduduk desa Qarun. Kini sedang digali kembali oleh pemerintah bekerjasama
dengan sejumlah arkeolog mancanegara. Tetapi, sejauh yang saya telusuri, gedung
bergaya romawi itu bukan istana Qarun. Melainkan kuil peribadatan di zaman
Yunani-Romawi. Kuil ini dipersembahkan kepada Dewa Sobek alias Dewa Buaya yang
menghuni danau Qarun. Karena itu, di dalamnya ada patung manusia berkepala
buaya sebagai ikon utamanya.
Kawasan danau Qarun dan Fayoum yang subur, memang pernah
menjadi lumbung makanan bagi bangsa Romawi ketika menduduki Mesir. Mereka
membangun markas tentara, permukiman, dan kuil-kuil disana. Bahkan juga
villa-villa di pinggiran danau Qarun itu. Tetapi seiring dengan runtuhnya
kekuasaan Romawi di Mesir, kawasan itu mengalami keruntuhan juga. Sebagiannya
masih tertinggal dalam bentuk reruntuhan, termasuk kuil Dewa Sobek yang dikira
sebagai istana Qarun.
Sedangkan istana Qarun yang sesungguhnya berada di tepian
danau, kini sudah tidak ada bekasnya lagi, karena ditenggelamkan oleh Allah,
sebagaimana diceritakan dalam al Qur’an. ’’Maka Kami benamkanlah Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (diri)’’. [QS.28: 81]
KISAH QARUN
Pada zaman Nabi Musa ada seorang umatnya yang sangat miskin. Namun,
dia sanagt rajin beribadah. Dia bernama Qarun. Dia termasuk orang beriman yang
disayangi Musa. Hidup Qarun sangatlah sederhana, dkadang-kadang dia tidak
punya makanan dan pakaian. Dia pun merasa bosan dengan kemiskinan yang
membelitnya.
Suatu hari Qarun mendatangi Musa. Dia mengadukan nasibnya
yang malang.
“Hai Musa, mohonkanlah kepada Tuhanmu agar aku tidak dililit
kemiskinan,” ucap Qarun dengan nada memohon.
“Baiklah, aku akan berdoa kepada Alalh, “ucap Musa.
Qarun pulang dengan hati lapang. Dia yakin Allah akan
mengabulkan doa Musa.
Musa pun berdoa kepada Allah. Dan Allah pun mengabulkan
doanya. Qarun menjadi orang kaya. Malah menjadi sangat kaya. Hartanya
sangat banyak. Gudang-gudang rumahnya berisi emas perak yang berlimpah. Dia
memiliki beribu-ribu gudang harta. Sampai-sampai para pegawainya harus
memikul kunci-kunci gudang hartanya tersebut.
Musa yang mendengar bahwa Qarun telah menjadi orang kaya
segera mendatangi Qarun. Musa akan menagih janji kepada Qarun agar
menyedekahkan sebagian hartanya kepada orang yang miskin.
Qarun yang telah menjadi orangkaya berubah menjadi orang
yang sombong. Dia tidak mau menyedekahkan hartanya. Ketika Nabi Musa
mendatanginya, dia menghadapinya dengan wajah congkak dan sombong.
“Hai, Qarun, janganlah engkau terlalu bangga karena hartamu
karena semua itu milik Allah. Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi
ini,” ucap Musa yang sudah tidak sabar dengan kesombongan Qarun.
“Enak saja engkau bicara, aku mendapatkan harta ini karena
kerja kerasku. Aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk orang lain.” Ucap
Qarun lagi.
“Qarun bertobatlah sebelum siksa Allah datang.”
“Tidak akan ada yang bisa menyiksaku. Hartaku banyak, aku
juga punya banyak penjaga yang akan melindungiku,” ucap Qarun lagi.
“Ingatlah Qarun, siksa Allah akan datang,” ucap Musa sambil
pergi meninggalkan Qarun.
Malam itu qarun tidak dapat tidur. Di telinganya terngiang-ngiang
ucapan Musa. Namun semuany sudah terlmabat karena siksa Allah sudah ada di
depan mata. Tanpa sempat diamenarik napas, bumi berguncang. Tiba-tiba, semua
yang miliknya tenggelam di telan bumi. Begitu juga dengan Qarun yang ikut
tenggelam bersama harta miliknya.
Qarun adalah sepupu Nabi Musa AS. Ia dikenal sebagai seorang hartawan di
Mesir,berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa
Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir’aun dan
Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan
perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan.
Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena
beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat
dan kekar pun, mereka masih kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan
serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir
dan lemah di kalangan Bani Israil. Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya,
Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok
orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya.
Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan
ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan
kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan
memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua
adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah
kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk
menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan
bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin
bernasib seperti itu.
Qarun mabuk
dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari
kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta
Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan
memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan
hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru
menolak. Allah SWT memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan
harta kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ”Sesungguhnya
aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas
[28]: 78).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar