Mr. Sunflower
By BlackMickey
Musim semi tahun ini tidak berarti apa-apa
untukku. Semuanya berjalan apa adanya dan tidak ada yang spesial. Bangun dipagi
hari, lalu berangkat menuju tempat kerjaku, kembali ke rumah begitu seterusnya.
Hari ini, aku berjalan menuju taman untuk melepas penat. Aku menutup mata
merasakan udara pagi yang sejuk di taman ini.
“Wah… Musim semi yang indah!” mataku
tertuju pada sosok gadis dengan rambut pendeknya. Onyx matanya begitu indah dan
lengkungan senyuman tidak pernah lepas dari sudut bibirnya. Ia terus tersenyum
kepada siapa saja.
DEG. Aku merasa kaku saat mata kami
bertemu, selengkung senyuman tak lupa ia kirimkan kepadaku yang hanya mampu
kubalas dengan senyuman kikuk dan kaku. Mungkin ini terkesan berlebihan namun
aku tak bisa menggambarkan kecantikannya.
“Oh god…” aku menggaruk tengkukku yang
tidak terasa gatal sama sekali. Lalu berjalan cepat meninggalkannya. Mungkin ia
akan mengiraku aneh, atau hanya aku saja yang merasa besar kepala?
Esoknya aku tak tahu apa yang diinginkan
kakiku, ia melangkah dengan sendirinya menuju taman itu lagi, padahal niatku
untuk pergi ke kantor tapi kakiku melangkah kesini. Hei! Kakiku melangkah tak
sesuai dengan pikiranku.
“Hiks hiks hiks” Aku mendengar suara
tangisan, kuputar kepalaku mencari sumber suara itu. Sosok yang kemarin
tersenyum lebar kini menangis tersedu-sedu di bangku taman.
“Apa yang harus kulakukan?” aku bertanya
lebih kepada diriku sendiri. Kemudian aku memetik bunga matahari yang ada di taman
ini.
Anak kecil itu melangkah mendekati sosok
itu. Aku dapat melihat kerutan samar yang terlukis diwajahnya.
“Kakak jelek kalau menangis. Jangan
menangis lagi. Ini!” Sosok itu tersenyum dan menghapus kasar bekas air matanya.
Mengambil bunga matahari yang diulurkan anak itu.
“Terimah kasih adik kecil.” Gadis itu
mengusap pelan kepala anak itu. Oh betapa beruntungnya anak itu dapat merasakan
tangan putih dan lembut itu. Kemudian gadis itu tampak bingung setelah membaca
kertas putih yang berisi tulisan dariku.
"Tersenyumlah. Kau membuat bunga matahari layu karena tangismu!" kataku pelan seolah membaca isi
suratku tadi. Dan sekarang ia tampak terkekeh geli membaca pesanku itu.
“Walaupun tulisanku jelek setidaknya ia
tersenyum setelah membacanya.” kataku mencoba memuji diri sendiri.
Dan hari-hari berikutnya aku terus saja
diam-diam datang ke taman itu. Berdiri menatapnya dari kejauhan.
Dia terlalu sempurna untuk diriku. Dia
terlalu jauh untuk kuraih. Aku hanya pria tak tahu diri yang terus saja mencuri
pandang untuk sekedar menatapnya. Dan dengan tidak tahu malunya aku terus saja
memberinya bunga dengan pesan-pesan yang mungkin membuat perutnya mual.
Setiap kali aku menatap senyumannya ada
perasaan bahagia yang tak dapat kugambarkan. Namun, kali ini senyuman itu
membuatku ngilu. Ia tidak sendiri kali ini. Gadis itu tersenyum lebar ketika
seorang pria datang menghampirinya. Dan dapat kurasakan duniaku runtuh.
Esoknya aku sudah tidak mempunyai
keinginan lagi untuk datang ke taman itu. Dan sekarang sudah seminggu aku tidak
melihat wajahnya dan ada perasaan yang membuncah dihatiku perasaan rindu yang
begitu besar.
Dan kali ini aku melanggar keinginanku
untuk tidak datang lagi ke taman itu. Aku melangkah menuju bangku taman tempat
dimana ia sering duduk. Sosok itu tidak ada lagi.
“Mungkin dia sudah mempunyai kesibukan
sendiri.” gumanku sedih. Namun, mataku tertuju pada bunga matahari di kursi
itu. Aku mengambil bunga itu dan dapat kulihat sebuah surat pink yang mungkin
saja tertuju untukku.
“Mengapa kau tidak pernah datang lagi? Kau membuatku terus saja menanti pesanmu. Dan terima kasih untuk bunga mataharinya. Sebelumnya, aku tidak pernah
berpikir bahwa bunga matahari itu indah.” Aku terkekeh geli membacanya. Apa ini
pesan gadis itu padaku.
“Apa aku tidak salah. Ia merindukanku?
Merindukan pria yang hanya mampu bersembunyi ini?” aku merasa seperti ada
ratusan kupu-kupu yang mengelitik perutku.
“Tidak perlu bersembunyi lagi. Karena
selama ini aku juga selalu memperhatikanmu. Duduk sendiri dibangku belakang
pohon dan diam-diam mencuri untuk manatapku. Mr. Sunflower.” Dahiku mengerut
membaca isi pesan itu lagi.
Jadi, selama ini bukan hanya aku yang
menjadi secret admirernya ternyata ia juga sudah lama melihatku? Apakah ini
nyata? Oh kurasa duniaku melambung saat ini. Dan Mr. Sunflower? Awalnya aku
tidak begitu menyukai panggilan-panggilan yang menurutku terkesan kekanakan
namun kali ini mungkin aku mulai menyukainya.
“Mr. Sunflower” aku memutar badanku
ketika mendegar suara asing di belakangku. Dapat kulihat berbagai balon
warna-warni di hadapanku. Dan selanjutnya seseorang dengan senyuman manisnya
muncul dibalik balon itu. Gadis itu!
---TAMAT---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar